Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno menyatakan pemerintah sedang menelusuri pihak-pihak yang diduga melakukan pembalakan liar dengan memanfaatkan analisis citra satelit. Dugaan ini muncul karena pembalakan liar dianggap berkontribusi pada banjir bandang dan tanah longsor yang menimpa Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar).
“Pemerintah terus menelusuri pihak-pihak yang diduga melakukan pelanggaran melalui analisis citra satelit,” kata Pratikno dalam konferensi pers di Posko Terpadu TNI, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (3/12/2025). Ia menambahkan bahwa Satuan Tugas (Satgas) Penertiban Kawasan Hutan (PKH) sudah turun tangan menelusuri gelondongan kayu yang banyak terbawa arus banjir.
Senada, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan bahwa pihaknya akan menggelar rapat bersama Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni untuk membahas dugaan pembalakan liar. “Penegakan hukum terkait temuan kayu gelondong yang terkupas, kami secara lisan sudah berkoordinasi dengan Menhut dan kami akan besok melaksanakan rapat,” ujar Listyo. Ia menambahkan, rapat tersebut bertujuan membentuk tim gabungan untuk melakukan penyelidikan lebih mendalam, dan bila ditemukan pelanggaran hukum, Polri akan menindak sesuai peraturan yang berlaku.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Rabu pagi, sebanyak 753 jiwa meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor di tiga provinsi tersebut. BNPB juga menjelaskan bahwa cuaca ekstrem pada 24–25 November 2025, yang memicu banjir dan longsor di Sumut, dipengaruhi oleh dua sistem cuaca besar, yakni Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B, yang meningkatkan pertumbuhan awan konvektif di wilayah sekitar perairan Indonesia. Selain faktor cuaca, dugaan pembalakan liar turut menjadi perhatian karena kayu gelondongan ditemukan hanyut dalam banjir.
Pemerintah bersama Polri dan Satgas Penertiban Kawasan Hutan aktif menelusuri dugaan pembalakan liar sebagai salah satu faktor pemicu banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Langkah ini dilakukan melalui analisis citra satelit dan pembentukan tim gabungan untuk penyelidikan mendalam. Selain itu, faktor cuaca ekstrem dari Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B turut berperan, sehingga bencana memerlukan penanganan multisektor yang menyeluruh.
Kamu harus terdaftar atau login untuk berkomentar Masuk?
redaktur