Pengadilan Turki Menjatuhkan Hukuman Penjara untuk Pemilik dan Arsitek Hotel yang Runtuh Akibat Gempa
Di Turki, pengadilan telah menjatuhkan vonis penjara kepada pemilik dan arsitek sebuah hotel yang ambruk akibat gempa bumi pada tahun 2023, yang merenggut nyawa 72 orang. Pemilik Isias Grand, Ahmet Bozkurt, dan arsitek Erdem Yilmaz, masing-masing dijatuhi hukuman 18 tahun dan lima bulan penjara, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita resmi Anadolu. Sementara itu, putra Bozkurt, Mehmet Fatih, menerima hukuman 17 tahun dan empat bulan.
Hotel yang berlokasi di kota Adiyaman, bagian tenggara Turki, saat itu menjadi tempat menginap bagi tim voli sekolah dari Siprus Utara yang dikuasai Turki dan sekelompok pemandu wisata ketika gempa mengguncang pada bulan Februari lalu. Ketiga pria tersebut dinyatakan bersalah atas tuduhan "menyebabkan kematian atau cedera lebih dari satu orang melalui kelalaian sadar", menurut Anadolu.
Perdana Menteri Siprus Turki, Unal Ustel, menyatakan bahwa hukuman yang dijatuhkan terlalu ringan dan pihak berwenang akan mengajukan banding, seperti dilaporkan oleh kantor berita AFP. "Pemilik hotel tidak mendapatkan hukuman yang kami harapkan," kata Ustel. "Namun meskipun demikian, semua pihak yang bertanggung jawab dalam konstruksi hotel hingga arsitek telah dijatuhi hukuman. Hal ini membuat kami merasa sedikit puas."
Lebih dari 50.000 orang tewas di Turki dan Suriah akibat gempa pada 6 Februari 2023. Sekitar 160.000 bangunan runtuh atau rusak parah, menyebabkan 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Pemerintah Turki menyatakan beberapa minggu kemudian bahwa ratusan orang sedang dalam penyelidikan dan hampir 200 orang telah ditangkap, termasuk kontraktor konstruksi dan pemilik properti.
Sebuah kelompok yang terdiri dari 39 orang, termasuk anak-anak, guru, dan orang tua dari Famagusta Turkish Education College, melakukan perjalanan ke Adiyaman untuk mengikuti turnamen voli ketika gempa terjadi. Empat orang tua adalah satu-satunya yang selamat di antara mereka. Mereka berhasil menggali diri mereka keluar dari puing-puing, sementara 35 lainnya termasuk semua anak-anak tewas.
Kelompok voli tersebut memilih Isias Grand yang memiliki tujuh lantai, bersama dengan sekitar 40 pemandu wisata yang berada di sana untuk pelatihan. Hotel ini adalah salah satu yang paling dikenal di Adiyaman, namun runtuh dalam sekejap. Isias telah beroperasi sejak 2001, tetapi menurut analisis ilmiah, kerikil dan pasir dari sungai setempat telah dicampur dengan bahan konstruksi lainnya untuk membentuk kolom penyangga bangunan.
Skala keruntuhan bangunan yang masif akibat gempa memicu kritik luas terhadap pemerintah Turki karena mendorong ledakan konstruksi sambil gagal menegakkan peraturan bangunan, yang telah diperketat setelah bencana sebelumnya. Kritik ini menyoroti pentingnya penegakan regulasi yang ketat untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
Kamu harus terdaftar atau login untuk berkomentar Masuk?