Sebuah peristiwa mengejutkan mengguncang Las Vegas, Amerika Serikat, ketika sebuah Tesla Cybertruck meledak di sekitar Trump International Hotel pada Rabu (1/1/2025) waktu setempat. Ledakan ini menelan satu korban jiwa dan melukai tujuh orang lainnya. Kejadian ini menambah daftar insiden tragis yang mengguncang Amerika Serikat di awal tahun baru.
Beberapa jam sebelum ledakan di Las Vegas, sebuah insiden mematikan terjadi di Bourbon Street, New Orleans. Sebuah mobil pikap Ford F-150 menabrak kerumunan orang, menewaskan 15 orang. Insiden ini menambah ketegangan di tengah perayaan Malam Tahun Baru 2025.
Departemen Kepolisian Metropolitan Las Vegas saat ini tengah menyelidiki ledakan yang melibatkan kendaraan canggih buatan pabrikan miliarder Elon Musk tersebut. "Jelas Cybertruck, hotel Trump. Ada banyak pertanyaan yang harus kami jawab," ujar Sheriff Kevin McMahill, menegaskan kompleksitas kasus ini.
Elon Musk, pendiri Tesla, menolak anggapan bahwa produk Cybertruck-nya bermasalah. Sebaliknya, ia menduga ledakan tersebut sebagai aksi terorisme. Musk mengaitkan insiden ini dengan peristiwa di New Orleans, di mana mobil Ford F-150 yang terlibat dalam serangan juga merupakan kendaraan sewaan dari Turo. "Sepertinya aksi terorisme. Cybertruck ini maupun bom bunuh diri F-150 di New Orleans merupakan sewaan dari Turo. Mungkin keduanya ada kaitan dalam beberapa hal," tulis Musk di media sosial X.
Dalam pernyataan terpisah, Musk mengonfirmasi bahwa ledakan di Las Vegas disebabkan oleh kembang api besar dan/atau bom yang dibawa di bak Cybertruck sewaan, dan tidak terkait dengan kendaraan itu sendiri. Pernyataan ini menambah spekulasi mengenai motif di balik insiden tersebut.
Serangan di New Orleans terjadi pada Rabu pukul 03.15 waktu setempat, beberapa jam setelah perayaan Malam Tahun Baru 2025. Pelaku, yang diidentifikasi sebagai Shamsuddin Jabbar, seorang veteran tentara AS, melepaskan tembakan ke arah polisi setelah mobilnya berhenti. Jabbar akhirnya ditembak mati oleh polisi.
Hasil pemeriksaan sementara menunjukkan bahwa pelaku diduga terinspirasi oleh ISIS, berdasarkan temuan bendera ISIS serta bom rakitan di kendaraan. FBI kini menyelidiki peristiwa di New Orleans tersebut sebagai aksi teroris. Selain menewaskan 15 orang, serangan itu juga melukai 35 orang lainnya, termasuk dua polisi.
Presiden AS Joe Biden telah menginstruksikan timnya untuk menyediakan semua sumber daya yang diperlukan untuk penegakan hukum di tingkat federal, negara bagian, maupun lokal. Langkah ini diambil untuk memastikan keamanan dan ketertiban di tengah situasi yang semakin memanas.
Sementara itu, presiden AS terpilih Donald Trump mengaitkan serangan tersebut dengan imigran ilegal. Trump mengklaim bahwa tingkat kejahatan di AS saat ini lebih tinggi dari sebelumnya, seiring dengan semakin banyaknya imigran yang masuk ke negara tersebut.
Insiden ledakan Tesla Cybertruck di Las Vegas dan serangan di New Orleans menyoroti tantangan keamanan yang dihadapi Amerika Serikat di awal tahun 2025. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap motif di balik kedua insiden ini dan memastikan bahwa langkah-langkah pencegahan dapat diterapkan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan bekerja sama dengan pihak berwenang demi keamanan bersama.
Kamu harus terdaftar atau login untuk berkomentar Masuk?