clock December 24,2023
Krisis Haiti: Dominasi Geng dan Dampaknya Terhadap Stabilitas Nasional

Krisis Haiti: Dominasi Geng dan Dampaknya Terhadap Stabilitas Nasional

VOXINDONESIA.COM - Keadaan di Haiti kian merosot seiring dengan meningkatnya dominasi geng-geng kriminal di negeri tersebut. Pasca keruntuhan pemerintahan di Kepulauan Karibia ini, kelompok-kelompok bandit, yang kerap disebut sebagai 'preman', semakin menguasai berbagai wilayah. Berdasarkan laporan The Economist pada Minggu (11/5/2025), koalisi geng terbesar di Haiti, Viv Ansanm, telah menguasai lebih dari 85% wilayah ibu kota, Port-au-Prince. Setiap hari, kota ini menjadi saksi baku tembak antara polisi, warga sipil, dan geng Viv Ansanm.


Penduduk Port-au-Prince menghadapi kesulitan untuk melarikan diri dari situasi yang semakin memburuk. Bandara internasional telah ditutup, sehingga satu-satunya cara untuk keluar atau masuk adalah melalui helikopter atau tongkang yang menyusuri pantai, menghindari wilayah yang dikuasai geng di selatan. Kondisi ini menambah ketegangan dan ketidakpastian bagi penduduk setempat.


Claude Joseph, mantan perdana menteri Haiti, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi ini. "Ini adalah bencana yang tidak dapat dipertahankan. Kita bisa kehilangan Port-au-Prince kapan saja," ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran mendalam akan hilangnya kendali atas ibu kota dan dampaknya terhadap stabilitas nasional.


Geng-geng di Haiti juga telah mengepung kantor Digicel, perusahaan jaringan seluler utama yang digunakan oleh sebagian besar penduduk untuk terhubung ke internet. Seorang pakar keamanan memperingatkan, "Jika Digicel mati, negara akan gelap." Hal ini menunjukkan betapa rentannya infrastruktur komunikasi di Haiti terhadap ancaman geng.


Gangster di Haiti dilaporkan menggunakan sistem satelit Starlink milik Elon Musk untuk berkomunikasi dan mengorganisasi diri. Dengan teknologi ini, mereka mampu mengendalikan akses ke pelabuhan Haiti dan memeras pengemudi truk serta operator bus yang melintas di jalan utama negara. Penggunaan teknologi canggih oleh geng-geng ini menambah dimensi baru dalam tantangan keamanan di Haiti.


Menurut laporan PBB, lebih dari 1.000 orang tewas pada Februari dan Maret, sementara 60.000 orang mengungsi. Ini menambah jumlah pengungsi menjadi 1 juta orang, atau hampir 10% dari populasi, yang telah meninggalkan rumah mereka dalam dua tahun terakhir. Situasi ini menciptakan krisis kemanusiaan yang mendesak di Haiti.


Haiti Tengah, yang sebelumnya relatif damai, kini terpecah menjadi wilayah kekuasaan geng. Mirebalais, kota yang terletak di antara Port-au-Prince dan perbatasan dengan Republik Dominika, sekarang dikuasai oleh geng-geng. Seorang pejabat asing menggambarkan situasi ini sebagai "perusahaan kriminal" dan menyebutnya sebagai "dunia barat yang liar."


Pada 2 Mei, Amerika Serikat menetapkan Viv Ansanm dan organisasi sejenisnya sebagai kelompok teroris. Penetapan ini membuka jalan bagi hukuman pidana yang lebih berat bagi mereka yang mendukung geng-geng ini dengan uang dan senjata. Langkah ini diharapkan dapat menekan aktivitas kriminal yang semakin merajalela di Haiti.


Saat ini, kehidupan publik di Haiti hampir tidak berfungsi. Sebagian besar sekolah ditutup, dan penyakit kolera menyebar dengan cepat. Kondisi ini menambah penderitaan rakyat Haiti yang sudah menghadapi berbagai tantangan akibat kekacauan politik dan sosial.


Dengan situasi yang semakin memburuk, komunitas internasional diharapkan dapat memberikan perhatian dan bantuan yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas dan keamanan di Haiti. Tanpa intervensi yang tepat, negara ini berisiko jatuh lebih dalam ke dalam krisis yang lebih parah.

Kamu harus terdaftar atau login untuk berkomentar Masuk?

Berita Terkait

Follow US

Top Categories