Pasca gencatan senjata di Jalur Gaza yang dimulai pada Minggu (19/1/2025), militer Israel memanfaatkan momen ini untuk melancarkan serangan di Tepi Barat. Operasi yang dinamakan "Tembok Besi" ini difokuskan di Kota Jenin, dan menjadi operasi terbesar Israel di wilayah tersebut sepanjang tahun ini. Militer Israel mengklaim bahwa operasi ini menargetkan kelompok pejuang Palestina yang berada di kamp pengungsi Jenin.
Serangan besar-besaran yang dimulai sejak Selasa (21/1/2025) telah menewaskan setidaknya 10 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk anak-anak. Serangan ini melibatkan penggunaan kendaraan lapis baja, buldoser militer, drone, dan helikopter serbu Apache. Fawwaz Hammad, direktur Rumah Sakit Al Razi di Jenin, menyatakan bahwa sulit untuk memberikan jumlah pasti korban tewas dan luka akibat blokade yang dilakukan pasukan Israel. "Jumlahnya sangat banyak," ujarnya.
Selain serangan langsung, pasukan Israel juga memblokade jalan-jalan untuk menghalangi ambulans yang berusaha menolong para korban luka. "Ambulans tidak bisa menjangkau untuk membawa mereka ke rumah sakit," kata Fawwaz Hammad, seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (22/1/2025).
Serangan pasukan Israel di Jenin mendapat perlawanan sengit dari para pejuang Palestina. Pertempuran yang terjadi mengakibatkan kendaraan-kendaraan militer Israel terkena bom yang dipasang di jalanan Jenin. Serangan ini terjadi setelah kebuntuan antara para pejuang di kamp Jenin dengan Pemerintah Otoritas Palestina, menyusul sebulan pengepungan.
Kantor berita Wafa melaporkan bahwa pasukan Israel telah memasang gerbang besi di pintu-pintu masuk berbagai kota dan desa di seluruh Tepi Barat. Langkah ini merupakan bagian dari upaya memperketat pengepungan terhadap warga lokal, dengan tujuan mengubah wilayah tersebut menjadi daerah terpencil di mana pergerakan sangat dibatasi. Suara tembakan terus-menerus terdengar pada Selasa malam saat kendaraan militer Israel bergerak di sepanjang jalan, sementara drone tempur Israel berputar-putar di langit.
Di tempat lain di Tepi Barat, tepatnya di Qalqilya, pasukan Israel menangkap 64 warga Palestina. Warga Palestina di Tepi Barat menghadapi serangan terus-menerus karena hidup di bawah penjajahan Israel. Selain tentara, serangan brutal dari pemukim Yahudi juga meningkat signifikan sejak perang pada 7 Oktober 2023.
Naiknya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan memperparah situasi di Palestina. Trump bahkan mencabut sanksi yang sebelumnya dijatuhkan oleh pendahulunya, Joe Biden, terhadap pemukim Yahudi ilegal yang menyerang warga Palestina. Kebijakan ini menambah ketegangan dan memperburuk kondisi di wilayah tersebut.
Operasi militer Israel di Tepi Barat, khususnya di Jenin, menunjukkan eskalasi konflik yang terus berlanjut meskipun ada gencatan senjata di Gaza. Dengan blokade dan pembatasan gerak yang ketat, serta kebijakan internasional yang tidak mendukung perdamaian, situasi di Palestina semakin memburuk. Perlu adanya upaya diplomasi dan tekanan internasional untuk menghentikan kekerasan dan mencari solusi damai bagi kedua belah pihak.
Kamu harus terdaftar atau login untuk berkomentar Masuk?